BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Ada suatu penyakit kejiwaan yang terjadi dalam
masyarakat yang sangat ditakuti yaitu Post Power Syndrome. Fenomena ini
biasanya muncul atau terjadi pada orang-orang yang baru saja kehilangan
kekuasaan maupun kelebihan-kelebihan lainnya, baik karena pensiun, PHK, mutasi,
kehilangan popularitas, atau karena sebab lainnya. Pada saat tidak menjabat
atau berkuasa dan tidak populer lagi, seketika itu terlihat gejala-gejala
kejiwaan atau emosi yang kurang stabil yang biasanya bersifat negative. Mereka
kecewa terhadap hidup, karena yang bersangkutan tidak lagi dihormati dan
dipuja-puji seperti ketika masih berkuasa maupun saat memiliki
kelebihan-kelebihan lainnya. Kondisi ini disebut sebagai post power syndrome.
Pada gejala post power syndrome ini, khususnya adalah adanya gejala yang
terjadi dimana penderita hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalu (
kekuasaannya, karirnya,kecantikannya, ketampanannya, kepopulerannya,
kecerdasannya, dll), dan seakan-akan tidak bisa memandang realita yang ada saat
ini. Ketika semua itu tidak dimilikinya, maka timbullah berbagai gangguan
psikis dan phisik yang semestinya tidak perlu. Mereka bereaksi dan mendadak
menjadi sangat sensitive dan merasa hidupnya akan segera berakhir hanya karena
masa kejayaannya telah berlalu (Kartono, 1997).
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan-permasalahan lanjut usia
tersebut maka rumusan masalah dari
pengaruh faktor-faktor kondisi kesehatan, kondisi ekonomi dan kondisi sosial
terhadap kemandirian orang lanjut usia adalah :
1. Apakah
faktor-faktor yang menyebabkan Post Power Syndrome ?
2. Bagaimanakah
cara penanganan pada Lansia Post Power Syndrome ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Post Power Syndrome
Syndrome adalah kumpulan gejala-gejala negatif, sedangkan power adalah
kekuasaan, dan post adalah pasca.Dengan demikian terjemahan dari post power
syndrome adalah gejala-gejala setelah berakhirnya kekuasaan. Gejala ini umumnya
terjadi pada orang-orang yang tadinya mempunyai kekuasaan, namun ketika sudah
tidak berkuasa lagi, seketika itu terlihat gejala-gejala kejiwaan yang biasanya
bersifat negatif atau emosi yang kurang stabil.
Secara umum syndrome ini dapat dikatakan sebagai masa krisis pada fase-fase
perkembangan tertentu dalam kehidupan. Pada gejala post power syndrome ini
terutama akan terjadi pada orang yang mendasarkan harga dirinya pada kekuasaan.
Dengan demikian post power syndrome ini bersumber dari kenyataan bahwa dia
tersingkir dari posisi, dari lingkungan kerja dan dari kebermaknaan diri
sebagaimana teori hirarkhi kebutuhan manusia yang dikemukakan oleh Abraham
Maslow.
Bagaimana bentuk post power syndrome yang dialami, sangat tergantung pada
bagaimana orientasinya semasa aktif. Bila dia tergolong Structure oriented
(penekanan pada struktur/jabatan), syndrome ini akan lama menghinggapi dan
menggerogoti harga dirinya, sedang jika functional oriented (penekanan pada
fungsi), maka dia akan memberdayakan apa yang masih dapat difungsikan dari dirinya
B.
Pengaruh Fungsi
Keluarga dalam Post Power Syndrome
Keluarga mempunyai pengaruh yang paling besar ketika terjadinya Post Power
Syndrome yang terjadi pada seseorang, berikut ini merupakan alasan mengapa unit
keluarga harus menjadi fokus sentral dari perawatan pada seseorang yang
menderita Post Power Syndrome..
1.
Dalam unit keluarga, disfungsi apa
saja yang mempengaruhi satu atau lebih anggota keluarga, dan dalam hal
tertentu, seringkali akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain dan unit ini
secara keseluruhan.
2.
Ada semacam hubungan yang kuat
antara keluarga dan status kesehatan anggotanya, bahwa peran dari keluarga
sangta penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga secara
individu, mulai dari strategi- strategi hingga fase rehabilitasi.
3.
Dapat mengangkat derajat kesehatan
keluarga secara menyeluruh, yang mana secara tidak langsung mengangkat derajat
kesehatan dari setiap anggota keluarga.
4.
Dapat menemukan faktor – faktor
resiko.
5.
Seseorang dapat mencapai sesuatu
pemahaman yang lebih jelas terhadap individu – individu dan berfungsinya mereka
bila individu – individu tersebut dipandang dalam konteks keluarga mereka.
6.
Mengingat keluarga merupakan sistem pendukung
yang vital bagi individu-individu, sumber dari kebutuhan-kebutuhan ini perlu
dinilai dan disatukan kedalam perencanaan tindakan bagi individu-individu.
C.
Fase
Penyesuaian Diri Pada Saat Pensiun
Penyesuaian diri pada saat pensiun
merupakan saat yang sulit, dan terdapat
tiga fase proses pensiun:
1.
Preretirement phase (fase pra
pensiun) Fase ini bisa dibagi pada 2
bagian lagi yaitur em ote dannear . Padar em ote phase, masa pensiun masih
dipandang sebagai suatu masa yang jauh. Biasanya fase ini dimulai pada saat
orang tersebut pertama kali mendapat pekerjaan dan masa ini berakhir ketika
orang terebut mulai mendekati masa pensiun. Sedangkan pada near phase, biasanya
orang mulai sadar bahwa mereka akan segera memasuki masa pensiun dan hal ini
membutuhkan penyesuaian diri yang baik. Ada beberapa perusahaan yang mulai
memberikan program persiapan masa pensiun.
2.
Retirement phase (fase pensiun) Masa pensiun ini sendiri terbagi dalam 4 fase
besar, dan dimulai dengan tahapan pertama yakni honeymoon phase. Periode ini
biasanya terjadi tidak lama setelah orang memasuki masa pensiun. Sesuai dengan
istilah honeymoon (bulan madu), maka perasaan yang muncul ketika memasuki fase
ini adalah perasaan gembira karena bebas dari pekerjaan dan rutinitas. Biasanya
orang mulai mencari kegiatan pengganti lain seperti mengembangkan hobi.
Kegiatan inipun tergantung pada kesehatan, keuangan, gaya hidup dan situasi
keluarga. Lamanya fase ini tergantung pada kemampuan seseorang. Orang yang
selama masa kegiatan aktifnya bekerja dan gaya hidupnya tidak bertumpu pada
pekerjaan, biasanya akan mampu menyesuaikan diri dan mengembangkan kegiatan
lain yang juga menyenangkan. Setelah fase ini berakhir maka akan masuk pada
fase kedua yakni disenchatment phase. Pada fase ini pensiunan mulai merasa
depresi, merasa kosong. Untuk beberapa orang pada fase ini, ada rasa kehilangan
baik itu kehilangan kekuasaan martabat, status, penghasilan, teman kerja,
aturan tertentu. Pensiunan yang terpukul pada fase ini akan memasuki
reorientation phase, yaitu fase dimana seseorang mulai mengembangkan pandangan
yang lebih realistik mengenai alternatif hidup. Mereka mulai mencari aktivitas
baru. Setelah mencapai tahapan ini, para pensiunan akan masuk pada stability
phase yaitu fase dimana mereka mulai mengembangkan suatu set kriteria mengenai
pemilihan aktivitas, dimana mereka merasa dapat hidup tentram dengan
pilihannya.
3.
End of retirement (fase pasca masa
pensiun) Biasanya fase ini ditandai
dengan penyakit yang mulai menggerogoti seseorang, ketidak-mampuan dalam
mengurus diri sendiri dan keuangan yang sangat merosot. Peran saat seorang
pensiun digantikan dengan peran orang sakit yang membutuhkan orang lain untuk tempat
bergantung.
D.
Ciri-ciri Orang
Yang Rentan Menderita Post Power Syndrome
1.
Orang-orang yang senangnya dihargai
dan dihormati orang lain, yang
permintaannya selalu dituruti, yang suka dilayani orang lain.
Orang-orang yang senangnya dihargai dan dihormati orang lain, yang
permintaannya selalu dituruti, yang suka dilayani orang lain.
permintaannya selalu dituruti, yang suka dilayani orang lain.
Orang-orang yang senangnya dihargai dan dihormati orang lain, yang
permintaannya selalu dituruti, yang suka dilayani orang lain.
2.
Orang-orang yang membutuhkan
pengakuan dari orang lain karena kurangnya harga diri, jadi kalau ada jabatan
dia merasa lebih diakui oleh orang lain.
3.
Orang-orang yang menaruh arti
hidupnya pada prestise jabatan dan pada kemampuan untuk mengatur hidup orang
lain, untuk berkuasa terhadap orang lain. Istilahnya orang yang menganggap
kekuasaan itu segala- galanya atau merupakan hal yang sangat berarti dalam
hidupnya.
4.
Antara pria dan wanita, pria lebih
rentan terhadap post power sindrome karena pada wanita umumnya lebih menghargai
relasi dari pada prestise, prestise dan kekuasaan itu lebih dihargai oleh pria.
E.
Beberapa Gejala
Post Power Syndrome
1.
Gejala fisik, misalnya tampak kuyu,
terlihat lebih tua, tubuh lebih lemah, sakit-sakitan.
2.
Gejala emosi, misalnya mudah
tersinggung, pemurung, senang menarik diri dari pergaulan, atau sebaliknya
cepat marah untuk hal-hal kecil, tak suka disaingi dan tak suka dibantah.
3.
Gejala perilaku, misalnya menjadi
pendiam, pemalu, atau justru senang berbicara mengenai kehebatan dirinya di
masa lalu, senang menyerang pendapat orang, mencela, mengkritik, tak mau kalah,
dan menunjukkan kemarahan baik di rumah maupun di tempat umum
Post-power syndrome, adalah gejala yang terjadi di
mana penderita hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (karirnya,
kecantikannya, ketampanannya, kecerdasannya, atau hal yang lain), dan
seakan-akan tidak bisa memandang realita yang ada saat ini. Penderita Post
Power Syndrome selalu ingin mengungkapkan betapa bangga dengan masa lalu yang
dilewatinya dengan jerih payah yang luar biasa (menurutnya).
F.
Faktor yang
Menyebabkan Terjadinya Post Power Syndrome
1.
Pensiun, PHK atau pudarnya ketenaran
seorang artis adalah salah satu dari faktor tersebut. Bila orang yang tiba masa
pensiunnya tidak bisa menerima keadaan bahwa tenaganya sudah tidak dipakai
lagi, walaupun menurutnya dirinya masih bisa memberi kontribusi yang signifikan
kepada perusahaan, post-power syndrom akan dengan mudah menyerang. Apalagi bila
ternyata usianya sudah termasuk usia kurang produktif dan ditolak ketika
melamar di perusahaan lain, post-power syndrom yang menyerangnya akan semakin
parah.
2.
Kejadian traumatik juga menjadi
salah satu penyebab terjadinya post-power syndrome. Misalnya kecelakaan yang
dialami oleh seorang pembalap, yang menyebabkan kakinya harus diamputasi. Bila
dia tidak mampu menerima keadaan yang dialaminya, dia akan mengalami post-power
syndrome. Dan jika terus berlarut-larut, tidak mustahil gangguan jiwa yang
lebih berat akan dideritanya.
3.
Post-power syndrome hampir selalu
dialami terutama orang yang sudah lanjut usia dan pensiun dari pekerjaannya.
Hanya saja banyak orang yang berhasil melalui fase ini dengan cepat dan dapat
menerima kenyataan dengan hati yang lapang. Tetapi pada kasus-kasus tertentu,
dimana seseorang tidak mampu menerima kenyataan yang ada, ditambah dengan
tuntutan hidup yang terus mendesak, dan dirinya adalah satu-satunya penopang
hidup keluarga, resiko terjadinya post-power syndrome yang berat semakin besar.
G.
Penyebab
Internal Post Power Syndrome
Turner dan Helms (1983) mengatakan bahwa penyebab faktor internal
bagi berkembangnya post power syndrome pada diri seseorang, adalah :
bagi berkembangnya post power syndrome pada diri seseorang, adalah :
1.
Kehilangan jabatan (kepemilikan
kekuasaan) berarti kehilangan harga diri, yaitu hilangnya perasaan memiliki dan
atau dimiliki. Dengan jabatan pula seseorang merasa lebih yakin diri , karena
diakui kemampuannya.
2.
Kehilangan latar belakang kelompok
khusus atau eksklusif
3.
Kehilangan kewibawaan
4.
Kehilangan perasaan berarti dalam
satu kelompok tertentu
5.
Kehilangan orientasi kerja
6.
Kehilangan sumber penghasilan
(fasilitas) yang terkait dengan jabatan yang dipegang.
H.
Penanganan
Bila seorang penderita post-power syndrome dapat
menemukan aktualisasi diri yang baru, hal itu akan sangat menolong baginya.
Misalnya seorang manajer yang terkena PHK, tetapi bisa beraktualisasi diri di
bisnis baru yang dirintisnya (agrobisnis atau catering misalnya), ia akan
terhindar dari resiko terserang post-power syndrome. Oleh karena itu saat ini
beberapa perusahaan pemerintah memberikan pelatihan wirausaha yang dikhususkan
untuk calon pensiunan.
Di samping itu, dukungan lingkungan terdekat, dalam
hal ini keluarga, serta kematangan emosi seseorang sangat berpengaruh untuk
melewati fase post-power syndrome ini. Seseorang yang bisa menerima kenyataan
dengan baik akan lebih mampu melewati fase ini dibanding dengan seseorang yang
memiliki konflik emosi. Pastinya akan lebih membutuhkan banyak proses dan kalau
tidak berhasil, biasanya penyakit2 tertentu akan mudah menyerang seperti pikun,
darah tinggi, jantung, diabetes bahkan stroke.
Dukungan dan pengertian dari orang-orang tercinta
sangat membantu penderita. Bila penderita melihat bahwa orang-orang yang
dicintainya memahami dan mengerti tentang keadaan dirinya, karena sudah tidak
mampu mencari nafkah, ia akan lebih bisa menerima keadaannya dan lebih mampu
berpikir secara rasional. Hal itu akan mengembalikan kreativitas dan
produktifitasnya, meskipun tidak sehebat dulu. Namun akan sangat berbeda
hasilnya jika keluarga malah tidak memperdulikannya.
Post-power syndrome dapat menyerang siapa saja, baik
pria maupun wanita. Baik tua maupun muda Kematangan emosi dan kehangatan
keluarga sangat membantu untuk melewati fase ini. Dan cara untuk mempersiapkan
diri menghadapi post-power syndrome antara lain gemar menabung, hidup
sederhana, banyak oleh raga dan pandai bersosialisasi. Karena bila post-power
syndrome menyerang, sementara penderita sudah terbiasa hidup mewah, makan yang
berlemak,dsb, akibatnya akan lebih parah.
I.
Bila Post Power Syndrome Sudah Terlanjur Menyerang ?
1.
Arahkan kepada kegiatan yang
membuatnya merasa nyaman, misalnya kegiatan
olah raga, kerohanian, dan peduli lingkungan, sebisa mungkin kegiatan yang
melibatkan orang banyak, dengan begitu akan meminimalisir pengaruh post power
syndrome.
2.
Arahkan kepada kegiatan yang
membuatnya merasa nyaman, misalnya kegiatan
olah raga, kerohanian, dan peduli lingkungan, sebisa mungkin kegiatan yang
melibatkan orang banyak, dengan begitu akan meminimalisir pengaruh post power
syndrome.
3.
Tidak ada salahnya pula kita
memahami penderita dengan menyimak setiap cerita cerita heroiknya, dengan
begitu kita dapat mengambil pelajaran dari pengalaman yang dilaluinya, lebih
bagus lagi mereka dijadikan narasumber pada setiap seminar atau perkumpulan2.
Yang terpenting dari kasus ini adalah peranan orang
sekitar termasuk kita yang harus memahami bahwa post power syndrome dapat
menyerang siapa saja, dan kapan saja. Oleh karena itu dengan menjadi pribadi
yang banyak bersyukur dan berbagi kepada sesama kita dapat terhindar dari
penyakit tersebut.
J.
Upaya Yang
Dapat Dilakukan Untuk Mencegah Post Power Syndrome
Untuk
mengeliminir permasalahan penyebab berkembangnya post
power syndrome, lebih lanjut Turner dan Helms mengemukakan kiat- kiat yang harus dilakukan, yaitu :
power syndrome, lebih lanjut Turner dan Helms mengemukakan kiat- kiat yang harus dilakukan, yaitu :
1.
Perlu belajar memahami, bahwa
jabatan atau kekuasaan itu adalah karunia atau amanat dari Tuhan Yang maha Esa.
Kita hanya sebagai alat dan tidak mengklaim itu adalah atas kehebatan saya yang
menjadi milik saya yang harus dipertahankan sepenuhnya.Setinggi apapun jabatan
kita itu adalah karunia dan kita hanya sebagai alat untuk melakukan pekerjaan-Nya.
2.
Harus ada kesadaran bahwa kekuasaan
itu hanya bersifat sementara dan tidak bersifat permanen atau mapan dan harus
menyiapkan diri apabila suatu saat kekuasaan itu akan lepas atau ditarik dari
kita.
3.
Selama berkuasa, sebaiknya tidak
memikirkan bagaimana mempertahankan kekuasaan, tetapi melakukan dan menjalankan
kekuasaan itu sebaik- baiknya, dan pikirkan untuk melakukan kaderisasi.
4.
Perlu belajar rendah hati, hindarkan
sikap mentang-mentang.
5.
Tingkatkan hubungan baik atau relasi
dengan teman sejawat, bawahan atau pihak lain, dalam rangka meluaskan jaringan
sebagai bekal selepas dari jabatan.
6.
Menanamkan kebaikan selama berkuasa,
jangan menyakiti hati dan menindas orang .
7.
Meningkatkan kemampuan dan keterampilan lain
diluar dari jabatan atau pekerjaan yang sedang ditekuni, sebagai bekal
dikemudian hari.
K.
Kiat Menghadapi Pasca Lepasnya Kekuasaan
Tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya post power syndrome , menurut
psikolog Jacinta F. Rini, dapat ditempuh
dengan cara-cara :
1.
Mampukan menempatkan diri
(menyadari) tentang perbedaan hak
dan kewajiban selaku seorang yang telah kehilangan jabatan atau kekuasaan.
dan kewajiban selaku seorang yang telah kehilangan jabatan atau kekuasaan.
2.
Luangkan waktu untuk terus berdoa.
3.
Hadapi secara rileks. Ketegangan dan
kecemasan tidak menyelesaikan masalah.
4.
Bercermin dan belajarlah dari
pengalaman (keberhasilan maupun kegagalan) dimasa lalu, sebagai bahan rencana
masa depan.
5.
Buatlah rencana kegiatan setiap
hari.
6.
Lakukan kegiatan sosial yang
menarik, disertai optimisme bahwa
hidup anda akan menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya.
hidup anda akan menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya.
7.
Jangan suka berdiam diri dan melamun, karena
hanya akan membangkitkan emosi dan
pikiran negative
8.
Hilangkan rasa kesepian dan libatkan
diri pada orang-orang disekitar anda
9.
Lakukan olah raga santai atau
kegiatan kebersamaan dengan teman-teman
untuk menjaga kondisi dan kesehatan tubuh
10. Baca buku-buku yang dapat membangkitkan
motivasi
11. Jangan biarkan
pesimisme menguasai pikiran dan perasaan.
12. Menyiapkan diri untuk menjadi bawahan jika
terpaksa harus bekerja di tempat lain.
13. Kembangkan hobi
yang selama ini belum sempat terlaksana
14. Pikirkan untuk
menekuni usaha atau pekerjaan baru sesuai dengan usia dan hobi.
15. Ambil kursus
singkat untuk menunjang hobi dan usaha baru.
16. Ambil inisiatif
untuk terlibat dalam kegiatan rumah tangga.
17. Hubungi teman-teman
lama, siapa tahu ada sesuatu yang baru dan menarik yang bisa di dapatkan.
BAB III
KESIMPULAN
Post Power Syndrome adalah
gejala-gejala setelah berakhirnya kekuasaan. Gejala ini umumnya terjadi pada
orang-orang yang tadinya mempunyai kekuasaan, namun ketika sudah tidak berkuasa
lagi, seketika itu terlihat gejala-gejala kejiwaan yang biasanya bersifat
negatif atau emosi yang kurang stabil. Faktor-faktor penyebab Post Power
Syndrome :
Pensiun, PHK atau pudarnya ketenaran seorang artis
adalah salah satu dari faktor tersebut, kejadian traumatik juga misalnya
kecelakaan yang dialami oleh seorang pembalap, yang menyebabkan kakinya harus
diamputasi, Post-power syndrome hampir selalu dialami terutama orang yang sudah
lanjut usia dan pensiun dari pekerjaannya .
anda dapat darimana ya?
BalasHapusSumber nya mana yaa
BalasHapussumbernya mana yah ?
BalasHapusDARI MANA.....?
BalasHapus