BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Dasar-dasar perilaku sosial adalah
termasuk Perilaku yang refleksif merupakan perilaku yang terjadi sebagai reaksi
secara spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme yang
bersangkutan.Dalam perilaku yang refleksif respons langsung timbul begitu
menerima stimulus.Dengan kata lain begitu stimulus diterima oleh
reseptor,langsung timbul respons melalui afektor tanpa melalui pusat kesadaran
atau otak.
Pada manusia perilaku psikologis inilah
yang dominan,sebagain terbesar perilaku manusia merupaka perilaku yang
dibentuk,perilaku yang diperoleh,perilaku yang dipelajari melalui proses
belajar.Perilaku yang refleksif merupakan perilaku yang pada dasarnya tidak
dapat dikendalikan.Hal tersebut karena perilaku refleksif adalah perilaku yang
alami,bukan perilaku yang dibentuk.Perilaku yang operan.
B.
TUJUAN
Tujuan dari DASAR-DASAR PERILAKU SOSIAL
antara lain kita dapat berinteraksi dalam berkomunikasi dan bergaul dalam
lingkungan yang baru kita ketemui. Materi ini juga bisa membantu banyak dalam
masalah yang sering ditemui dalam lingkungan baru yaitu kesalah komunikasi atau
yang sering disebut (discommunication).
C.
MANFAAT
Dalam mempelajari perilaku sosial banyak
hal yang bisa kita dapat antara lain kita bisa menjadi bijaksana dalam
menyikapi lingkungan sekitar dimanapun kita berada, kita juga dapat mengetahui
perkembangan sosial dan tingkah laku lingkungan tempat kita berada.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. DASAR-DASAR
PERILAKU SOSIAL
Perilaku alami
yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan,yaitu yang berupa
refleks-refleks dan insting-insting,sedangkan perilaku operan yaitu perilaku
yang dibentuk melalui proses belajar.Perilaku yang refleksif merupakan perilaku
yang terjadi sebagai reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai
organisme yang bersangkutan.Dalam perilaku yang refleksif respons langsung
timbul begitu menerima stimulus.Dengan kata lain begitu stimulus diterima oleh
reseptor,langsung timbul respons melalui afektor tanpa melalui pusat kesadaran
atau otak.
Pada perilaku
yang non-refleksif atau yang operan lain keadaannya.Perilaku ini dikendalikan
atau diatur oleh pusat kesadaran atau otak.Dalam kaitan ini stimulus setelah
diterima oleh reseptor,kemudian diteruskan ke otak sebagai pusat susunan
syaraf,sebagai pusat kesadaran,kemudian baru terjadi respons melalui
afektor.Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran ini yang disebut
proses psikologis.Perilaku atau aktivitas psikologis (Branca,1964).
Pada manusia
perilaku psikologis inilah yang dominan,sebagain terbesar perilaku manusia merupaka
perilaku yang dibentuk,perilaku yang diperoleh,perilaku yang dipelajari melalui
proses belajar.Perilaku yang refleksif merupakan perilaku yang pada dasarnya
tidak dapat dikendalikan.Hal tersebut karena perilaku refleksif adalah perilaku
yang alami,bukan perilaku yang dibentuk.Perilaku yang operan
(Skinner,1976),atau perilaku yang psikologis (Branca,1964) merupakan perilaku
yang dibentuk,dipelajari,dan dapat dikendalikan,karena itu dapat berubah
melalui proses belajar.Di samping perilaku manusia itu dapat
dikendalikan,perilaku manusia juga merupakan perilaku yang integreted,yang
berarti bahwa keseluruhan individu atau organisme itu terlibat dalam perilaku
yang bersangkutan,bukan bagian demi bagian.
B. Menurut
Pendapat Kaum Stoic
Menurut
pendapat kaum Stoic,yang menyatakan bahwa manusia adalah bagian dari dunia
keteraturan yang alamiah dan rasional sehingga mempunyai tanggung jawab satu
dengan yang lain dan secara bersama-sama mengejar kebahagiaan.Karena
itu,manusia bersifat kooperatif,etis,altruis (suka menolong),dan penuh cinta
kasih.
Pandangan ini
dipengaruhi oleh pandangan Kristen dan berpengaruh kuat di abad 18 terhadap
para pemikir Inggris,seperti David Hume,F. Hutcheson,Adam Ferguson (Bapak
Sosiologi),dan Adam Smith (penemu ilmu ekonomi modern).Di Timur pandangan
seperti ini tampak dalam ajaran Budha,kebatinan Jawa,Shintoisme,dan sebagainya.
C. Menurut
Pendapat Epicurean
Kedua,menurut
pandangan kaum Epicurean yang menyatakan bahwa manusia pada dasarnya
hedonistik,tertarik pada interes dan mau menangnya sendiri.Masyarakat bukanlah
sesuatu yang alami.Ia terbentuk karena interes individu untuk bergabung demi
keamanan dirinya sendiri dan demi kehidupan ekonomi yang lebih
baik.Jadi,manusia adalah kompetitif,hedonistik,dan pencari
kesenangan.Tokoh-tokoh seperti Thomas
Hobbes,Freud,J.J. Rousseau (hasrat individual harus diselaraskan dengan
kebutuhan masyarakat melalui demokrasi),dan Karl Marx (struktur masyarakat
komunis mampu mempengaruhi perilaku sosial dan pemikiran individual anggota
masyarakat) adalah penganut-penganut paham ini.
Akan
tetapi,kedua pandangan itu mempunyai problemnya sendiri.Problem kaum Stoic,
adalah “ika manusia kooperatif mengapa ada perang?”,sedangkan problem kaum
Epicurean adalah “Jika manusia hedonis mengapa ada masyarakat?”.Ini disebut
“problem keteraturan dari Hobbes” (karena dikemukakan oleh Thomas
Hobbes).Menurut Hobbes,jawabannya adalah ketakutan akan kematian yang tinggi
dinilai lebih kuat daripada kebebasan mengejar tujuan-tujuan individual.Karena
itulah manusia mau bekerja sama untuk menghindari bahaya,mengurangi ketakutan
akan kematian,balas dendam,dan sebagainya.Salah satu bentuk kerja sama itu
adalah keluarga dan masyarakat.
D. HAKIKAT
MANUSIA
Dalam upaya menerangkan
hakikat manusia, timbul berbagai pendapat dari para pemikir.
Pendapat-pendapat itu oleh David Schneider (1976)
digolongkan sebagai berikut.
a. Manusia
sebagai hewan
Sebagai hewan
manusia mempunyai berbagai naluri dasar yang mengendalikan dan mengarahkan
perilakunya agar dapat bertahan dari segala ancaman,yaitu hubungan seks,
makan, pertahanan diri dan pertahanan kelompok terhadap serangan dari luar.
Menurut
Sigmund Freud ada dua jenis naluri atau insting,yaitu insting seksual atau
libido (untuk kelangsungan keturunan dan kelangsungan jenis) dan insting ego
(untuk kelangsungan hidup atau preservasi) misalnya lapar dan haus.Dalam
perkembangan selanjutnya menjadi insting seksual atau insting kehidupan atau
eros (membangun dan berkembang) dan insting kematian atau insting agresi atau
tanatos (Shaffer,1994).
b. Manusia
sebagai pencari keuntungan
Doktrin bahwa
manusia mengejar kesenangan dan menghindari kesakitan,disebut Hedonisme.
Dalam abad 17-18 doktrin ini menjadi dasar dari analisis
psikologi karena pengaruh paham epicurean.Ketika terjadi revolusi industri di
Eropa,kecenderungan ini diperkuat karena bisnis mulai berkembang dan orang
mulai mencari keuntungan untuk dirinya sendiri atau untuk keluarga
atau kelompok kecilnya sendiri
bukan untuk kepentingan seluruh umat.
Thibaut&Kelley
(dalam Sarwono,1995)adalah peneliti-peneliti psikologi yang mengembangkan teori
tentang hukum ekonomi dalam psikologi. Teori yang dinamakannya teori timbal-balik (exchange
theory) ini menjelaskan adanya prinsip untung-rugi (reward-cost ratio) dalam
interaksi antarmanusia.
c. Manusia
sebagai salah satu unsur dalam lingkungan fisika
Beberapa
teoretikus mulai tidak tertarik pada sumber motivasi,tetapi lebih berminat
untuk mempelajari perwujudan motivasi itu dalam bentuk perilaku fisik.Gejala
ini terjadi akibat pengaruh dari ahli fiska Galileo dan Newton terhadap Thomas
Hobbes.Menurut pandangan ini,setiap gerak tubuh manusia merupakan refleksi dari
operasi gabungan berbagai daya yang ada dilapangan.Jadi,analog dengan jatuhnya
sebuah bola yang merupakan hasil daya tarik bumi.Dengan demikian,motivasi
menurut Hobbes adalah gerak miniatur (miniature motion) di dalam tubuh.Model
Newton ini digunakan juga untuk menerangkan hubungan antarmanusia.
Kurt Lewin
mengembangkan teori ini dengan mengemukakan teorinya yang terkenal yaitu teori
lapangan (field theory). Unit analisisnya adalah manusia dalam lingkungan yang
konkret yaitu ruang kehidupan (life space) yang berisi diri manusia itu sendiri,
manusia-manusia lain
dan lingkungan fisik lainnya.
Lewin percaya bahwa hanya daya-daya masa kini (current
force) yang menentukan perilaku, bukan masa lalu, apalagi masa kecil.
Menurut
Lewin,segala sesuatu yang terdapat dalam ruang kehidupan seseorang diwakili
dalam alam kesadaran atau “lapangan psikologik” (psychological field) orang
tersebut dan dari saat ke saat, setiap bagian dari lapangan psikologik itu dapat
mempunyai daya tarik atau daya tolak terkadang kuat,
terkadang lemah, terkadang biasa saja.
Jika suatu hal dalam lingkungan fisik seseorang sedang
mempunyai daya tarik yang kuat, orang yang bersangkutan terdorong untuk melakukan
sesuatu. Sebaliknya,jika sesuatu mempunyai daya tolak yang kuat,
maka orang akan berbuat sesuatu.Perbuatan mendekat atau menghindar
akibat dorongan-dorongan dalam lapangan psikologik itu,oleh Lewin dinamakan
“lokomosi” (locomotion).
Yang penting
dalam teori Lewin ini adalah uraian mengenai konflik.Jika pada suatu saat ada
dua hal dalam lapangan psikologik seseorang yang mempunyai daya tarik yang sama
kuat,atau daya tolak yang sama kuat,orang yang bersangkutan akan berada dalam
situasi konflik.Konflik jenis pertama dinamakan konflik “mendekat-mendekat”
(approach-approach conflict) konflik jenis kedua adalah konflik “menjauh-menjauh”
(avoidance-avoidance conflict),dan konflik jenis ketiga dinamakan konflik
“mendekat-menjauh” (approach-avoidance conflict).
d. Manusia
sebagai ilmuwan
Pandangan lain berpendapat bahwa manusia cenderung ingin
mengerti lingkunga fisik dan sosialnya,Selain itu,ia ingin mengontrol
lingkungannya.Jadi manusia cenderung berpikir sebab-akibat dan cenderung
menggolong-golongkan segala sesuatu (baik,buruk,benar-salah,dan sebagainya)
sebagaimana layaknya setiap ilmuan.Pandangan bahwa manusia itu bagaikan ilmuan
dikemukakan,antara lain oleh aliran psikologi kognitif.
Pengaruh Lewin
pada aliran psikologi kognitif adalah
bahwa manusia ingin mengerti lingkungannya dalam keadaan yang dapat diramalkan
dan jika dapat dikendalikan.Jika keadaan tidak dapat dimengerti,diramalkan,atau
dikendalikan akan timbul keadaan yang disebut “disonasi kognitif” (cognitive
dissonance).Misalnya jika seorang ibu membeli sebuah tas yang cantik tetapi
suaminya dirumah mencela,timbullah keadaan disonan itu.Menurut Leon Festinger,salah
satu tokoh aliran psikologi kognitif yang adalah murid Lewin,kondisi disonan
ini perlu segera diatasi.Manusia dengan sifat ilmuwannya akan terdorong untuk
bertindak,misalnya sang ibu segera mengganti atau menukar tasnya dengan warna
lain yang lebih disukai suaminya,sehingga ia mengalami keadaan konsonan
kembali.
E. PENGERTIAN
DASAR MOTIVASI
Pembahasan
motif pada kehidupan merupakan sesuatu yang sangat penting dan bersifat
fungsional.Hal ini dikemukakan oleh David Krech dan Crutchfiel (1948) yang mengemukakan
dua alasan pokok, yakni:
Ø
First,we
ask why individuals chosen one action and reject alternative action.(Pertama,kami
bertanya, mengapa individu-individu memilih satu kegiatan dan menolak
kegiatan-kegiatan pilihan/alternative).Dalam hal ini menunjukkan bahwa
tiap-tiap individu mempunyai hanya satu penggerak dalam dirinya untuk
bertingkah laku.
Ø
Secon,we
ask why people persist in a chosen action,often over along time and often in
the face of diffilcuties and obstacles.(Kedua,kami bertanya,mengapa
individu-individu teguh di dalam memilih kegiatan yang kadang-kadang terjangkau
dan menghadapi kesulitan-kesulitan dan rintangan).Hal ini menunjukkan bahwa
tiap-tiap individu memiliki satu penggerak keteguhan yang digunakan untuk
memilih kegiatan dan menghadapi problem dalam kegiatan.
Dengan kedua
alasan tersebut, kita mempelajari motive/penggerak sama dengan bila mempelajari
tujuan dan keteguhan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.Oleh karena
itu,motive yang ada pada setiap individu,menjadi kunci dari setiap kegiatan dan
kesuksesan individu yang bersangkutan.
Mengenai asal
mula motive yang ada pada manusia,terdapat dua teori yang dapat
menerangkan,yaitu:
Instinct Theory (Teori Insting)
Teori ini dikemukakan oleh William James (1948),Mc,Dougall
dan Thorndik (1908) bahwa instinct is an innate tendency to act (insting adalah
kecenderungan dari dalam diri (pembawaan lahir)untuk berbuat.
Mereka
menyadari bahwa kecenderungan dari dalam ini pasti ada pada individu untuk
memulai bertingkah laku.Jumlah insting yang ada pada manusia,kata
L.L.Bernard,dapat mencapai 4000-6000 dan dapat digunakan untuk menerangkan
kegiatan –kegiata praktis individu dalam kehidupan sehari-hari.Juga insting
yang ada pada setiap individu merupakan sesuatu yang tidak dapat dipelajari
karena insting-insting tersebut merupakan pembawaan individu.
Teori ini
memang disanggah oleh ahli-ahli antropologi dan sosiologi.Mnurt para ahli
antropologi:.....that different culture pattern produce great variations n
human behavior (bahwa perbedaan pola-pola kebudayaan menghasilkan variasi yang
banyak didalam tingkah laku manusia).Jadi,tingkah laku individu bukan karena
insting,melainkan karena kebudayaan individu tersebut.
Sementara ahli
sosiologi berpendapat:.....that much of the behavior considered innate is act
all learned so it was a missioner whwn applied behavior tendencies besed on
experience.(bahwa banyak tingkah laku di pandang sebagai kecenderungan dari
dalam diri merupakan tindakan belajar,sehingga adalah pemberian kesalahan bila
menerapkan pada pengalaman).Hal ini berarti bahwa semua tingkah laku yang
dianggap atau dipandang sebagai insting,ternyata tingkah laku itu dari hasil
belajar,yang berupa pengalaman individu.Jadi,semua tingkah laku individu berasal
dari pengalaman.
Menurut
M.Sherif & C.W.Sherif (1956) motif adalah istilah generik yang meliputi
semua faktor internal yang mengarah ke berbagai jenis perilaku yang
bertujuan,semua pengaruh internal seperti kebutuhan (needs)yang berasal dari
fungsi-fungsi organisme,dorongan dan keinginan,aspirasi dan selera sosial yang
bersumber dari fungsi-fungsi tersebut.
Menurut kedua
peneliti itu berdasarkan asalnya ada dua jenis motif,sebagai berikut.
©
Motif
biogenik
Motif ini berasal dari proses fisiologik dalam tubuh yang
dasarnya adalah mempertahankan ekuilibrium dalam tubuh sampai batas-batas
tertentu.Proses ini disebut “homeostatis”.
©
Motif
sosiogenik
Motif ini timbul karena perkembangan individu dalam
tatanan sosialnya dan terbentuk karena hubungan antarpribadi,
hubungan antarkelompok atau nilai-nilai sosial
dan pranata-pranata.
Untuk
menjelaskan motif boigenik,Sherif & Sherif mengemukakan experimen yang
dilakukan oleh PT Young pada tahun 1936.Eksperimen yang dilakukan dengan hewan
itu menunjukkan bahwa tidak ada hierarki dalam dorongan (drive).Hewan yang
kehausan akan mencari air terlebih dahulu,
bukan makanan. Hewan yang kelaparan tidak mempedulikan air,
tetapi mencari makanan.
Tikus yang dimasukkan kedalam kandang yang baru,
terlebih dahulu akan menjelajahi tempat baru
tersebut,sehingga menghambat perilaku agresi dan seksnya.
Demikian juga
antara motif biogenik dan sosiogenik,menurut Sherif & Sherif,tidak ada
hierarki tertentu,tergantung situasi karena motif tidak berfungsi
sendiri,tetapi selalu terkait dengan faktor-faktor lain.
Motif
sosiogenik bermula dari motif biogenik.Melalui proses belajar,individu memilih
mana yang disukainya dan mana yang dihindarinya,sesuai dengan pengalaman yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan.Faktor-faktor pribadi tersebut yang
menyebabkan timbulnya sistem hubungan antarpribadi tersendiri pada diri
seseorang yang oleh Sherif & Sherif disebut “Ego”.Ego inilah yang
menetapkan motif sosiogenik.Jadi,motif sosiogenik sangat tergantung pada proses
belajar.
A. Beberapa
pendekatan dasar pada motivasi
1. Teori
Insting
Untuk menerangkan perilaku manusia,mula-mula (sampai
tahun 1920-an) para pakar merujuk pada insting (W.James,Mc
Dougall,E.L.Thorndike).Pada tahun 1924 sosiolog L.L.Berbard menemukan tidak
kurang dari 400teori tentang insting dan hampir 6000 jenis aktivitas manusia
disebut sebagai insting (dari seks sampai mengumpulkan prangko).
Akan tetapi,sejak 1920-an teori ini mulai ditinggalkan
orang karena penelitian antropologi dan sosiologi membuktikan bahwa perilaku
manusia sangat bervariasi, tergantung dari lingkungan, segingga tidak dapat
dijelaskan sebagai insting (yang universal). Insting masih tetap dipakai untuk
perilaku-perilaku yang jelas diturunkan, tidak dipelajari dan universal bagi
makhluk tertentu.
2. Konsep
Dorongan (Drive)
Setelah meninggalkan teori insting, pakar psikologi
mencari penyebab prilaku pada “ketegangan” (Tension) yang terjadi pada
otot-otot dan kelenjar-kelenjar pada saat haus, lapar, dan sebagainya.
Keteganga-ketegangan ini menimbulkan dorongan untuk berperilaku tertentu
(mencari makan, minum, dan lain-lain) sehingga dorongan dianggap sebagai
penyebab prilaku.umumnya dorongan menyangkut perilaku yang bersifat biologik
dan fisiologi, misalnya makan, minum, tidur, sex, mencari temperatur yang
konstan, da sebagainya termasuk juga dorongan keibuan, dorongan untuk bermain
pada anak-anak, dan sebagainya..
3. Teori
Libido dan Ketidaksadaran dari Sigmund Freud.
Inti teori ini adalah motive bersumber pada stres
internal, yang terdiri atas insting dan dorongan (drive) yang bekerja dalam
alam ketidaksadaran manusia.
Dalam teori Freud yang sangat berorientasi bilogik ini,
semua insting dan dorongan bermuara pada libido sexsualis (dorongan sex) yang
sebagian besar tidak dapat dikendalikan oleh orang yang bersangkutan (karena
kerjanya dalam alam ketidaksadaran). Walaupun Freud banyak mendapat kritik
(teorinya dianggap terlalu subjektif dan terlalu spekulatif), ia berhasil
memuka dua lapangan baru untuk penelitian, yaitu sex dan ketidaksadaran sebagai
sumber prilaku manusia.
4. Perilaku Purposife dan Konflik
Pengaruh psikologi gestalt (Gestalt adalah istilah bahasa
Jerman yang artinya keseluruhan) terhadap Bihaviorisme adalah bahwa orang mulai
lebih mmentingkan prilaku molar (keseluruhan), seperti makan dan berlari) dari
pada prilaku Molekural (bagian dari prilaku keseluruhan, seperti mengeluarkan
liur dan menggerakkan otot)dalam hubungan ini perlu dicatat pendapat seorang
tokoh bernama Edward Chase Tolman yang menyatakan bahwa prilaku tidak hanya
ditentukan oleh rangsang dari luar atau stimulus (sebagaimana pandangan kaum
Bihevioris).
Akan tetapi, ditentukan juga oleh Organisme atau orang
itu sendiri. Jadi, orang bukan hanya memperhatikan stimulusnya, melainkan
memilih sendiri reaksinya. Dengan demikian, prilaku (molar) selalu bertujuan.
5. Otonomi
Fungsional
Konsep ini dikemukakan oleh G.W. Allport pada tahun 1961,
yaitu motive pada orang dewasa yang tumbuh dari sistem-sistem yang
mendahuluinya, tetapi berfungsi lepas dari sistem-sistem pendahulu itu. Dengan
perkataan lain, motive ini erfungsi sesuai dengan tujuannya sendiri, terlepas
dari motive-motive asalnya.
6. Motive
Sentral
Banyak pakar psikologi yang meragukan adanya satu motive
sentral yang bisa merangkum semua jenis motive manusia. Akan tetapi, beberapa
peneliti tetap berusaha mencari motive sentral tersebut. Goldstein misalnya
pada tahun 1939 mengemukakan “aktualisasi diri’ sebagai motive tunggal pada
manusia. Pengembangan dari motive “aktualisasi diri” terdapat dalam teori
A.H.Maslow yang dikenal luas sejak 1959, yang menempatkan “aktualisasi diri”
sebagai motive tertinggi diatas empat motive lain yang tersusun secara Hierarkis
(motive primere atau motive fisiologik, motive rasa aman, motive rasa memiliki,
dan motive harga diri).
Teori motive tunggal lainnya adalah dari R.W. White yang
pada tahun 1959 mengatakan bahwa satu-satunya motive manusia adalah motive
kompetensi. Menurut White, manusia selalu ingin berinteraksi secara efektif
dengan lingkungannya. Keinginan yang universal inilah yang dinamakannya motive
kompetensi
BAB
III
KESIMPULAN
DASAR-DASAR PERILAKU SOSIAL
yaitu di samping perilaku manusia itu dapat dikendalikan, perilaku manusia juga
merupakan perilaku yang integreted, yang berarti bahwa keseluruhan individu
atau organisme itu terlibat dalam perilaku yang bersangkutan, bukan bagian demi
bagian.
Menurut Pendapat Kaum Stoic, yang
menyatakan bahwa manusia adalah bagian dari dunia keteraturan yang alamiah dan
rasional sehingga mempunyai tanggung jawab satu dengan yang lain dan secara
bersama-sama mengejar kebahagiaan.
Dan Menurut Pendapat Epicurean, yang
menyatakan bahwa manusia pada dasarnya hedonistik,tertarik pada interes dan mau
menang sendiri.
dafpus nya darimana ya?
BalasHapusBoleh tau daftar pustakanya, ka?
BalasHapusBoleh tau daftar pustakanya, ka?
BalasHapusWaduuhhh sy daa lupaa DaFusnya, soalnya ini kemrin jg cm tugas kuliah. hehehe trus laptop yg sy pke jg da rusak say,
BalasHapus