Semangat
kemanusiaan mendasari penciptaan berbagai pendekatan teoritik konseling dan
terapi. Sampai pada tingkat yang cukup jauh, teori-teori ini merefleksikan
konteks historis kehidupan personal dan intelektual para pendirinya. Di samping
itu, dipengaruhi oleh para penulis sebelumnya , para teoritisi tersebut
teruatam dipengaruhi oleh keluarga asalnya. Beberapa faktor penting yang
memengaruhi penciptaan dan perkembangan teori dan praktik konseling dan terapi.
Konteks Sejarah dan
Budaya
Pendekatan-pendekatan
teoritik tidak dierami dan menetas dalam ruang vakum. Para teoritis ini
dipengaruhi oleh konteks historis dan kultur hidup mereka. Misalnya, prevalensi
represi seksual di Austria pada masa peralihan abad, telah memengaruhi Freud
untuk mengembangkan sebuah teori yang menempatkan seksualitas memainkan peran
besar. Contoh lainnya adalah, selama paruh pertama abad kedua puluh, orangtua
cenderung lebih mendominasi keluarganya dibanding sekarang. Carl rogers
(1961,1980) dibesarkan pada triwulan pertama abad itu.
Para Teoritis yang
Terluka
Asal
muasal terapi perilaku lebih banyak terdapat dalam laboratorium hewan daripada
dalam pengalaman personal para teoritis perilaku. Akan tertapi tanpa kecuali,
semua teoritis lain yang karyanya dideskripsikan dalam tulisan ini, menghadapi
periode-periode penderitaan psikologis yang signifikan dalam hidupnya.
Observasi Jung bahwa “Only the wounded
physician heals” (“hanya dokter yang terluka yang mampu menyembuhkannya”).
Dapat diubah menjadi “only the wounded
healer creates a counseling and therapy approach” (“hanya peneyembuh yang terluka yang mampu
menciptakan pendekatan konseling dan terapi”).
Para Teoritis yang Terluka
·
Sigmund
Freud (psikoanalisis) selama
bertahun-tahun menderita depresi periodik, suasana perasaan yang bervariasi
secara ekstrem, serangan kecemasan yang tidak wajar, dan terkadang juga
mengalami gangguan rasa takut mati, terserang pingsan dadakan, dan fobia
berkendara kereta api.
·
Carl Jung
(terapi analitik) pada suatu tahap kehidupannya merupakan anak
penyendiri, pada tahap perkembangan tertentu memanfaatkan serangan pingsan
dadakan agar tidak harus masuk sekolah menengah. Pada usia akhir 30-an dan awal
40-an, Jung mengalami gejala-gejala yang mirip skizofrenia.
·
Carl
Rogers (person-centered therapy) pada masa kanak-kanaknya merupakan anak yang
sangat pemalu dan penyendiri, tumbuh bersama anggapannya tentang orangtua yang
ahli dalam memanipulasi emosi, namun tidak kentara. Rogers sering merasa tidak aman
mengungkapkan terlalu banyak perasaan pribandinya, karena takut dinilai
negatif.
·
Fritz Perls (terapi Gestalt) tumbuh dalam keluarga yang mengalami hendaya
(distres), orangtua banyak bertengkar
baik secar lisan maupun fisik. Ibunya kerap memukulinya dengan alat pemukul
yang digunakan untuk menghilangkan debu di karpet dan ia membenci ayahnya yang
menyombongkan kebajikan.
·
Eric
Berne (analisis transaksional)
ketika berumur 11 tahun, ayahnya yang seorang dokter dan dikasihinya meninggal karena TBC,
meninggalkan ibunya untuk membesarkan dirinya dan saudara perempuannya.
·
William
Glasser (terapi realitas) pada
umur 4 tahun ia menyadari bahwa kedua orangtuanya sangatlah tidak cocok.
Ayahnya adalah seorang yang lembut dan nonposesif, sementara itu ibunya sangat
enerjik, bahkan dikhayalkannya kalau ada even pertandingan olimpiade tentu akan
meraih medali emas. Grasser sangat pemalu selama menjadi mahasiswa S1 dan boleh
jadi juga pada usia sebelumnya.
·
Irvin
Yolom dan Rollo May (terapi
eksistensial) Yolom tumbuh bersamaan dengan kebencian terhadap ibunya yang
kerap kali berkata menyakitkan. May dibesarkan dalam atmosfer keluarga yang
tidak serasi dan tidak bahagia. Ia menggambarkan ibunya sebagai “gembong
kucing-anjing betina”
·
Viktor
Frankl (logo terapi) ketika masih
muda, Frankl merupakan laki-laki putus asa tanpa kehidupan yang berarti.
Setelah itu ia mengalami horor kamp konsentrasi Nazi Jerman dan pemusnahan
anggota keluarga.
·
Albert
Ellis (rational emotive behavior
therapy) ketika usia kanak-kanak dan remaja, Ellis adalah anak yang
sakit-sakitan, pemalu, dan tertutup. Ibunya selalu suka ikut campur, tetapi
menelantarkannya. Ayahnya pun menghilang tidak ketahuan rimbanya. Tiba-tiba
pada usia 12 tahun, Ellis menemukan orangtuanya telah bercerai.
·
Aaron
Beck (terapi kognitif) ibunya
mengalami depresi mendalam secara periodik, pemurung dan tidak konsisten. Selama
dalam usia pertumbuhan, Beck terlanda kecemasan dan ketakutan mendalam pada
operasi, bicara di depan umum dan ketinggian.
·
Arnold
Lazarus (terapi multimodal)
Lazarus adalah anak bungsu dari empat bersaudara dan tumbuh dengan perasaan
terabaikan dan merasa tidak dihargai di rumah. Perasaan ini berkontribusi
secara signifikan terhadap suburnya perasaan malu, kurang memadai, dan
hipersensitif. Masa kecil Lazarus kurus kering dan kerap kali menjadi korabn bullying (gertakan).
Jika banyak
pihak beranggapan bahwa para penemu teori konseling dan terapi mengalami
penderitaan psikologis, pertanyaannya ialah:
bagaimana hali itu berpengaruh terhadap teori-teori mereka ? Bagi
sebagian teoritis terkemuka, malu bertatap muka dengan orang-orang mungkin
telah menstimulasi keinginan untuk berkomunikasi melalui kata-kata secara tertulis.
Di samping itu, setelah mengalami sendiri berbagai penderitaan, teoritis
mungkin termotivasi untuk mengembangkan teori yang dapat mengurangi penderitaan
orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar