Terdapat banyak
miskonsepsi tentang bunuh diri yang diyakini secara umum (Fremouw dkk., 1990;
Pokorny;1968; Shneidman, 1973). Mengetahui konsepsi yang salah tersebut sama
pentingny dengan mengetahui fakta-fakta tentang bunuh diri.
1.
Orang-orang
yang berkata akun ingin bunuh diri tidak akan melakukan tindakan tersebut. Sebanyak
tiga perempat dari mereka yang bunuh diri telah mengkomunikasikan niat mereka
sebelumnya, mungkin sebagai upaya mendapatkan pertolongan atau untuk menggertak.
2.
Bunuh diri
dilakukan tanpa memberi peringatan. Kesalahan kayakinan ini ditunjukkan
pada pernyataan nomor 1. Orang yang bersangkutan biasanya memberikan banyak
tanda, seperti mengatakan bahwa dunia akan lebih baik tanpa dirinya atau
memberi hadiah yang tidak terduga dan tidak biasa kepada orang lain berupa
benda-benda miliknya yang paling berharga.
3.
Hanya
orang-orang kelas tertentu yang melakukan bunuh diri. Bunuh diri bukanlah
kutukan bagi orang-orang miskin atau penyakit orang-orang kaya. Orang-orang
yang bunuh diri berasal dari semua kelas sosioekonomi.
4.
Menjadi
anggota kelompok keagamaan tertentu adalah prediktor yang baik bahwa seseorang
tidak akan berpikir untuk bunuh diri. Adalah salah bila berpikir bahwa
larangan keras dalam agama katolik untuk bunuh diri membuat resiko para
penganut Katolik untuk bunuh diri menjadi jauh lebih rendah. Keyakinan ini
tidak didukung bukti yang ada, mungkin karena identifikasi keagamaan resmi
individu tidak selalu menjadi petunjuk yang akurat terhadap keyakinan sebenarnya.
5.
Motif
bunuh diri dapat dengan mudah diketahui. yang benar adalah kita tidak
sepenuhnya memahami mengapa orang membunuh dirinya.
6.
Semua
orang yang melakukan tindakan bunuh diri berada dalam keadaan depresi. Pendapat
yang salah ini dapat berperan dalam fakta bahwa tanda-tanda akan bunuh diri
sering kali diabaikan karena orang yang bersangkutan tidak tampak sedang
mengalami keputusasaan. Banyak orang yang bunuh diri tidak berada dalam keadaan
dalam keadaan depresi; beberapa orang terlihat tenang dan tidak mengalami
masalah dengan dirinya.
7.
Seseorang
yang menderita penyakit fisik yang mematikan tidak mungkin melakukan bunuh
diri. Kesadaran seseorang tentang kematian yang akan terjadi dalam waktu
dekat mencegahnya untuk bunuh diri. Mungkin keinginan untuk mengakhiri
penderitaanya atau penderitaan orang-orang yang dicintai mendorong seseorang
untuk menentukan kematian mereka sendiri.
8.
Tindakan
bunuh diri merupakan tindakan psikotik. Meskipun sebagian besar orang yang
bunuh diri adalah orang yang merasa sangat tidak bahagia, sebagian besar
benar-benar memiliki hubungan dengan realitas.
9.
Bunuh diri
dipengaruhi faktor-faktor kosmik seperti bintik matahari atau fase-fase bulan. Tidak ada bukti yang
menegaskan keyakinan ini.
10.
Membaiknya
kondisi emosional berarti mengurangi resiko bunuh diri. Sering kali
orang-orang, terutama mereka yang mengalami depresi, melakukan tindakan bunuh
diri setelah semangat mereka mulai terangkat dan kadar energi mereka meningkat.
11.
Bunuh diri
merupakan kesepian. Meskipun terjadi pertentangan di dalam pikiran individu
apakah akan melakukan tindakan bunuh diri atau tidak, keterlibatan mendalam
dalam hubungan dengan orang lain yang menimbulkan rasa frustasi dan
menyakitkan—misalnya pasangan, anak, kekasih, rekan—dapat menjadi penyebab
utama.
12.
Orang-orang
yang berniat bunuh diri memang ingin mati. Sebagian besar orang yang bunuh
diri ternyata tidak yakin apakah mereka benar-benar ingin mati; sementara yang
lain menderita depresi atau alkoholisme, yang bila dapat sembuh akan mengurangi
keinginan untuk bunuh diri. Bagi banyak orang krisis bunuh diri akan berlalu,
dan mereka bersyukur karena telah dicegah untuk menghilangkan nyawa mereka
sendiri.
13.
Berpikir
untuk bunuh diri merupakan hal yang jarang terjadi. Estimasi prevalensi
sepanjang hidup dari berbagai studi menunjukkan bahwa dalam populasi
non-klinis, angka pemikiran untuk bunuh diri berkisar antara 40 persen hingga
80 persen; yang berarti, presentase orang sebanyak itu pernah berpikir untuk
bunuh diri sekurang-kurangnya sekali dalm seumur hidup mereka.
14.
Menanyakan
kepada seseorang, terutama orang yang depresi, tentang bunuh diri akan
memojokkannya dan menyebabkan tindakan bunuh diri yang sebenarnya tidak akan
terjadi jika tidak ditanyakan. Salah satu hal pertama yang dipelajari para
ahli klinis dalam pendidikan mereka adalah menggali tentang bunuh diri dari
pasien yang sangat bermasalah. Menanyakan tentang hal itu dapat memberi ruang
kepada pasien untuk berbicara tentang rahasia yang diyakininya mengerikan dan
memalukan, yang bila tidak diutarakan akan memicu isolasi diri dan depresi
lebih parah.
15.
Orang-orang
yang mencoba bunuh diri dengan cara yang kefatalannya rendah tidak
sungguh-sungguh ingin membunuh dirinya sendiri. Pernyataan ini merancukan
kefatalan dan niat. Beberapa orang tidak mengetahui dengan baik mengenai dosis
pil atau anatomi manusia. Meskipun demikian, suatu upaya yang tidak mungkin
menyebabkan kematian dapat dilakukan oleh seseorang yang benar-benar ingin
menghilangkan nyawanya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar