Gangguan
kepribadian histrionik adalah salah satu gangguan kepribadian yang termasuk
dalam kelompok dramatik/eratik. Diagnosis kepribadian histrionik , yang
sebelumnya disebut kepribadian histerikal, ditegakkan bagi orang-orang yang
terlalu dramatis dan mencari perhatian. Mereka seringkali menggunakan ciri-ciri
penampilan fisik, seperti pakaian yang tidak umum, rias wajah, atau warna
rambut untuk menarik perhatian orang kepada mereka. Para individu tersebut,
meskipun menunjukkan emosi secara berlebihan, diperkiran memiliki kedangkalan
emosi. Mereka berpusat pada diri sendiri, terlalu memedulikan daya tarik fisik
mereka, dan merasa tidak nyaman bila tidak menjadi pusat perhatian. Mereka
dapat sangat provokatif dan tidak senonoh secara seksual tanpa memedulikan
kepantasan dan mudah dipengaruhi orang lain. Bicaranya seringkali tidak tepat
dan kurang memiliki detail. Sebagai contoh mereka dapat menyatakan pendapat
secara tegas, namun tidak dapat memberikan informasi yangmendukung. Diagnosis
ini memiliki prevalensi sekitar 2 persen dan lebih banyak terjadi pada
perempuan dibanding pada laki-laki (Torgersen, Kringlen, & Cramer, 2001).
Gangguan kepribadian histrionik lebih banyak terjadi dikalangan orang-orang
yang mengalami perpisahan atau perceraian dengan pasangannya, dan dihubungkan
dengan depresi serta kesehatan fisik yang buruk (Nestadt dkk., 1990).
Komorditasnya dengan kepribadian ambang juga tinggi.
Kriteria Gangguan
Kepribadian Histrionik dalam DSM-IV-TR
Terdapat lima atau lebih ciri-ciri
di bawah ini:
- · Kebutuhan besar untuk menjadi pusat perhatian
- · Perilaku tidak senonoh secara seksual yang tidak pantas
- · Perubahan ekspresi emosi secara cepat
- · Memanfaatkan penampilan fisik untuk menarik perhatian orang lain pada dirinya
- · Bicaranya sangat tidak tepat, penuh semangat mempertahankan pendapat yang kurang memiliki detail
- · Berlebihan, ekspresi emosional yang teatrikal
- · Sangat mudah disugesti
- · Menyalahartikan hubungan sebagai lebih intim dari yang sebenarnya
Etiologi Gangguan
Kepribadian Histrionik
Teori
psikoanalisis mendominasi dan berpendapat bahwa emosionalitas dan
ketidaksenonohan perilaku secara seksual
didorong oleh ketidak senonohan orang tua, terutama ayah kepada anak
perempuannya. Pasien yang mengalami gangguan ini diduga dibesarkan dalam
lingkungan keluarga di mana orang tua berbicara tentang seks sebagi sesuatu
yang menyenangkan dan diiinginkan. Pola asuh tersebut dapat menjelaskan fokus
pikiran pada seks, dikombinasi dengan ketakutan untuk benar-benar berperilaku
secara seksual. Ekspresi emosi yang berlebihan pada orang-orang histrionik
dipandang sebagai simtom-simtom konflik tersembunyi tersebut, dan kebutuhan
untuk menjadi pusat perhatian dipandang sebagai cara untuk mempertahankan diri
dari perasaan yang sebenarnya yaitu harga diri yang rendah (Apt & Hurlbert,
1994; Stone, 1993).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar