Teori
adalah formulasi prinsip-prinsip yang mendasari fenomena terobservasi tertentu
yang sampai tingkat tertentu telah diverifikasi. Salah satu kriteria keandalan
sebuah teori adalah seberapa jauh ia menghasilkan prediksi-prediksi yang
dikonfirmasi ketika data empirik yang relevan dikumpulkan. Semakin banyak
sebuah terapi menerima konfirmasi atau verifikasi, semakin akurat pula teori
itu. Fakta itu bukan untuk mengganti teori melainkan untuk memperkuat teori
itu. Tiga fungsi utama teori konseling dan terapi adalah: memberikan kerangka
kerja konseptual, menyediakan bahasa, dan menghasilkan penelitian.
Teori sebagai Kerangka Kerja
Konseptual, terapis adalah pengambil keputusan. Mereka terus membuat
pilihan tentang cara memandang perilaku klien, memperlakukan mereka, dan
merespons dari waktu ke waktu selama sesi terapi. Teori memberikan konsep-konsep
kepada terapis sehingga memungkinkan mereka untuk memikirkan secara sistematik
tentang perkembangan manusia dan proses terapeutiknya. Pendekatan teoritik
konseling dan terapi dapat dianggap memiliki empat dimensi utama jika ingin
dinyatakan secara adekuat. Dalam konteks ini yang dimaksud perilaku termasuk
perilaku yang dapat diobservasi maupun perilaku pemikiran internal.
Dimensi-dimensi itu meliputi:
·
Pernyataan tentang konsep-konsep dasar atau
asumsi-asumsi yang mendasari teori tersebut
·
Penjelasan tentang dipeolehnya perilaku yang
membantu dan tidak membantu
·
Penjelasan tentang terpeliharanya perilaku yang
membantu dan tidak membantu, dan
·
Penjelasan tentang cara membantu klien mengubah
perilakunya dan mengonsolidasikan hal-hal yang telah berhasil dicapainya ketika
terapi berakhir.
Teori sebagai Bahasa,
psikiater Swiss Carl Jung (1961) biasa menekankan bahwa, karean semua klien
adalah individu-individu yang berbeda, terapis membutuhkan bahasa yang berbeda
untuk setiap klien. Bahasa dalah kosakata dan simbol-simbol linguistik yang
memungkinkan komunikasi tentang fenomena. Seperti halnya bahasa-bahasa lisan
utama—Bahasa Inggris—Bahasa Spanyol dan bahasa Cina—para teoritis mengembangkan
berbagai bahasa untuk fenomena yang ingin mereka deskripsikan, misalnya, bahasa
kognitif, psikoanalitik, atau person-centered. Bahasa dapat mempersatukan
maupun memecah belah. Bahasa dapat mendorong komunikasi di antara orang-orang
yang menggunakan bahasa yang sama, tetapi membtasi komunikasi jika mereka tidak
menggunakan bahasa yang sama. Setiap posisi teoretik memiliki konsep-konsep
yang dideskripsikan dalam bahasa yang unik. Akan tetapi, keunikan bahasa dapat
menutupi elemen-elemen yang sama di antara teori-teori, misalnya, makna
conditions of worth dalam person-centered therapy tumpang tindih dengan makna
kondisi-kondisi superego dalam terapi psikoanalitik Freud.
Teori sebagai Seperangkat Hipotesis
Penelitian, teori bisa saja didasarkan pada penelitian dan juga dapat
menstimulasi penelitian, misalnya, terapi kognitif-behavioral didasarkan pada
penelitian tentang bagaimana orang berpikir dan bagaimana orang dan hewan
berperilaku. Selain itu, pendekatan-pendekatan kognitif behavioral, seperti
rational emotive behavioral therapy dan terapi kognitif, telah menstimulasi
penelitian tentang berbagai proses dan hasilnya.teori juga memberikan kerangka
kerja kepada terapis untuk membuat hipotesis-hipotesis dan prediksi selama
praktik terapi mereka. Diakui atau tidak, semua terapis adalah praktisi teliti.
Terapis membuat hipotesis tiap kali mereka memutuskan tentang cara menangani
klien tertentu dan cara merespons ucapan atau rangkaian ucapan klien.
Keterbatasan
Teori-teori Konseling dan Terapi
Semua
teori konseling dan terapi harus mampu memberikan informasi kesehatan
psikologis yang ekuivalen. Hal itu agar dapat digunakan untuk dapat memperbaiki
keadaan klien. Banyak teori yang sebenarnya hanya menyodorkan kebenaran
parsial, yang dianggap sebagai kebenaran utuh. Misalnya, Rogers (1951, 1959)
mengusulkan sebuah diagnosis tunggal untuk semua masalah klien, yaitu
bahwa ada ketidaksamaan antara struktur
diri dan pengalaman, dan melihat enam kondisi hubungan sebagai sesuatu yang
dibutuhkan dan dianggap mencukupi untuk semua kasus. Ellis memfokuskan
keyakinan-keyakinan irasioanl sebagai akibat dari kurang adanya perhatian
kepada aspek=aspek berpikir lainnya, misalnya membuat persepsi secara pasti
atau menggunakan copy self-talk. Freud menekankan pada pengungkapan materi tak
sadar melaui analisis mimpi, tetapi tidak banyak berbicara tentang pengembangan perilaku-perilaku efektif
tertentu untuk mengatasi masalah sehari-hari. Beberapa teori bisa saja
menyebabkan terjadinya fokus perhatian yang kurang lebih keliru tentang klien.
Bahkan dapat membuat masalah klien menjadi lebih berat dari kenyataan
sebelumnya. Bahasa yang berbeda pada pendekatan-pendekatan teoritik dapat
menyamarkan persamaan yang ada diantara mereka. Kekakuan teoritik juga didukung
adanya perbedaan bahasa yang mebuat terapis lebih banyak berbicara dengan
mereka yang berbicara dengan bahasa yang sama daripada berbagi pengetahuan dan
pengalaman dalam arti yang lebih luas. Bahasa teori juga dapat menciptakan
ketidakseimbangan kedudukan antara terapis dan klien. Semua teoritis juga
kurang memiliki perhatian terhadap perbedaan budaya. Selain itu, para teoritis
tersebut bisa saja mengabaikan atau kurang menganggap penting kontribusi
kondisi lingkungan, seperti kemiskinan, perumahan yang buruk, dan diskriminasi
rasial, dalam menjelaskan perilaku yang tidak efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar