Pages

Sabtu, 26 September 2015

TEORI KONSELING DAN TERAPI



                Teori adalah formulasi prinsip-prinsip yang mendasari fenomena terobservasi tertentu yang sampai tingkat tertentu telah diverifikasi. Salah satu kriteria keandalan sebuah teori adalah seberapa jauh ia menghasilkan prediksi-prediksi yang dikonfirmasi ketika data empirik yang relevan dikumpulkan. Semakin banyak sebuah terapi menerima konfirmasi atau verifikasi, semakin akurat pula teori itu. Fakta itu bukan untuk mengganti teori melainkan untuk memperkuat teori itu. Tiga fungsi utama teori konseling dan terapi adalah: memberikan kerangka kerja konseptual, menyediakan bahasa, dan menghasilkan penelitian.
Teori sebagai Kerangka Kerja Konseptual, terapis adalah pengambil keputusan. Mereka terus membuat pilihan tentang cara memandang perilaku klien, memperlakukan mereka, dan merespons dari waktu ke waktu selama sesi terapi. Teori memberikan konsep-konsep kepada terapis sehingga memungkinkan mereka untuk memikirkan secara sistematik tentang perkembangan manusia dan proses terapeutiknya. Pendekatan teoritik konseling dan terapi dapat dianggap memiliki empat dimensi utama jika ingin dinyatakan secara adekuat. Dalam konteks ini yang dimaksud perilaku termasuk perilaku yang dapat diobservasi maupun perilaku pemikiran internal. Dimensi-dimensi itu meliputi:
·         Pernyataan tentang konsep-konsep dasar atau asumsi-asumsi yang mendasari teori tersebut
·         Penjelasan tentang dipeolehnya perilaku yang membantu dan tidak membantu
·         Penjelasan tentang terpeliharanya perilaku yang membantu dan tidak membantu, dan
·         Penjelasan tentang cara membantu klien mengubah perilakunya dan mengonsolidasikan hal-hal yang telah berhasil dicapainya ketika terapi berakhir.

Teori sebagai Bahasa, psikiater Swiss Carl Jung (1961) biasa menekankan bahwa, karean semua klien adalah individu-individu yang berbeda, terapis membutuhkan bahasa yang berbeda untuk setiap klien. Bahasa dalah kosakata dan simbol-simbol linguistik yang memungkinkan komunikasi tentang fenomena. Seperti halnya bahasa-bahasa lisan utama—Bahasa Inggris—Bahasa Spanyol dan bahasa Cina—para teoritis mengembangkan berbagai bahasa untuk fenomena yang ingin mereka deskripsikan, misalnya, bahasa kognitif, psikoanalitik, atau person-centered. Bahasa dapat mempersatukan maupun memecah belah. Bahasa dapat mendorong komunikasi di antara orang-orang yang menggunakan bahasa yang sama, tetapi membtasi komunikasi jika mereka tidak menggunakan bahasa yang sama. Setiap posisi teoretik memiliki konsep-konsep yang dideskripsikan dalam bahasa yang unik. Akan tetapi, keunikan bahasa dapat menutupi elemen-elemen yang sama di antara teori-teori, misalnya, makna conditions of worth dalam person-centered therapy tumpang tindih dengan makna kondisi-kondisi superego dalam terapi psikoanalitik Freud.
 Teori sebagai Seperangkat Hipotesis Penelitian, teori bisa saja didasarkan pada penelitian dan juga dapat menstimulasi penelitian, misalnya, terapi kognitif-behavioral didasarkan pada penelitian tentang bagaimana orang berpikir dan bagaimana orang dan hewan berperilaku. Selain itu, pendekatan-pendekatan kognitif behavioral, seperti rational emotive behavioral therapy dan terapi kognitif, telah menstimulasi penelitian tentang berbagai proses dan hasilnya.teori juga memberikan kerangka kerja kepada terapis untuk membuat hipotesis-hipotesis dan prediksi selama praktik terapi mereka. Diakui atau tidak, semua terapis adalah praktisi teliti. Terapis membuat hipotesis tiap kali mereka memutuskan tentang cara menangani klien tertentu dan cara merespons ucapan atau rangkaian ucapan klien.
Keterbatasan Teori-teori Konseling dan Terapi
                Semua teori konseling dan terapi harus mampu memberikan informasi kesehatan psikologis yang ekuivalen. Hal itu agar dapat digunakan untuk dapat memperbaiki keadaan klien. Banyak teori yang sebenarnya hanya menyodorkan kebenaran parsial, yang dianggap sebagai kebenaran utuh. Misalnya, Rogers (1951, 1959) mengusulkan sebuah diagnosis tunggal untuk semua masalah klien, yaitu bahwa  ada ketidaksamaan antara struktur diri dan pengalaman, dan melihat enam kondisi hubungan sebagai sesuatu yang dibutuhkan dan dianggap mencukupi untuk semua kasus. Ellis memfokuskan keyakinan-keyakinan irasioanl sebagai akibat dari kurang adanya perhatian kepada aspek=aspek berpikir lainnya, misalnya membuat persepsi secara pasti atau menggunakan copy self-talk. Freud menekankan pada pengungkapan materi tak sadar melaui analisis mimpi, tetapi tidak banyak berbicara tentang  pengembangan perilaku-perilaku efektif tertentu untuk mengatasi masalah sehari-hari. Beberapa teori bisa saja menyebabkan terjadinya fokus perhatian yang kurang lebih keliru tentang klien. Bahkan dapat membuat masalah klien menjadi lebih berat dari kenyataan sebelumnya. Bahasa yang berbeda pada pendekatan-pendekatan teoritik dapat menyamarkan persamaan yang ada diantara mereka. Kekakuan teoritik juga didukung adanya perbedaan bahasa yang mebuat terapis lebih banyak berbicara dengan mereka yang berbicara dengan bahasa yang sama daripada berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam arti yang lebih luas. Bahasa teori juga dapat menciptakan ketidakseimbangan kedudukan antara terapis dan klien. Semua teoritis juga kurang memiliki perhatian terhadap perbedaan budaya. Selain itu, para teoritis tersebut bisa saja mengabaikan atau kurang menganggap penting kontribusi kondisi lingkungan, seperti kemiskinan, perumahan yang buruk, dan diskriminasi rasial, dalam menjelaskan perilaku yang tidak efektif.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar